Senin, 30 Mei 2016

PENYEBAB PINGSAN

Pingsan merupakan suatu kondisi dimana tubuh kehilangan kesadaran dan juga keseimbangan. Pingsan biasanya secara mendadak dan sifatnya sementara saja. Saat pingsan orang tidak akan tahu apa yang akan terjadi berikutnya sehingga kesadaran benar-benar hilang.
Ada 15 penyebab terjadinya pingsan, yaitu:
1.      Kekurangan oksigen
 Oksigen memegang peranan penting dalam tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
2.      Cuaca
Kondisi cuaca yang ekstrem terutama panas yang sangat  menyengat membuat metabolisme tubuh menjadi tidak seimbang. Metabolisme yang tidak seimbang itu  akan menimbulkan  seseorang kehilangan keseimbangan hingga sampai pingsan. Cuaca yang terlalu panas juga membuat tubuh memiliki suhu badan yang lebih tinggi serta tingkat stress yang membuat konsentrasi hilang
3.      Dehidrasi
Kekurangan cairan didalam tubuh pemicu terjadinya pingsan. Cairan yang terlalu sedikit di dalam tubuh akan membuat sel-sel dan organ tubuh tidak bisa menyerap nutrisi dengan baik.
4.      Lapar
Saat orang lapar dirinya akan menjadi lemas dan menimbulkan pingsan. . Jika Anda tidak makan atau kurang makan maka tubuh Anda sama saja juga tidak memiliki sumber energi. Saat pingsan kadar glukosa di dalam tubuh seseoang menjadi menurun
5.      Anemia
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah berkurang atau sedikit akibatnya orang itu akan mengalami pusing bahkan pingsan.
6.      Shock
Shock adalah sebuah kondisi yang terjadi karena ada rasa kaget yang luar biasa sehingga menyebabkan kerja jantung juga bermasalah. Bahkan shock bisa menjadi sangat berbahaya jika orang tersebut sudah menderita beberapa penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner. Shock akan membuat seseorang pinsan namun kondisinya lebih cepat pulih atau bisa berulang sesuai dengan penyebab shock tersebut
7.      Perubahan irama jantung
perubahan irama jantung bisa menyebabkan seseorang pingsan dikarenakan terjadinya fluktuasi. Fluktuasi itu berpengaruh terhadap jumlah darah yang akan dipompa ke seluruh tubuh manusia. Jumlah darah yang dipompa itu bisa menyebabkan berkurangnya pasokan darah yang mengalir ke otak, jika jumlah darah berkurang pasokan oksigen pun juga akan berkurang. Hal tersebutlah yang bisa menyebabkan seseorang terkena pingsan. Kondisi ini biasanya juga sering terjadi pada orang yang menderita jenis penyakit jantung tertentu.
8.      Bius
Pingsan dengan cara dibius merupakan pingsan yang disengaja. Pingsan yang disengaja ini biasanya terjadi ketika tindakan medis. Bius dilakukan secara sengaja untuk membuat pasien yang menjalani prosedur medis tertentu tidak merasakan sakit dan trauma. Dalam waktu tertentu maka orang yang dibius akan sadar dan pulih kembali.
9.      Tekanan darah tinggi
Orang yang menderita penyakit tekanan darah tinggi juga bisa pingsan jika kondisi tekanan darahnya sedang naik. Berbagai gejala tekanan darah tinggi seperti kepala pusing, jantung berdebar, leher kaku, emosi tidak stabil, pandangan berkunang-kunang dan wajah yang terlihat lebih merah. Tekanan darah tinggi sering menyebabkan pembuluh darah di bagian otak mengalami tekanan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan pinsan.
10.  Tekanan darah rendah
Orang yang memiliki tekanan darah rendah bisa pingsan secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan penurunan tekanan darah di dalam saraf vagus sehingga membuat orang menjadi pingsan.
11.  Kehamilan
Pingsan juga bisa terjadi ketika wanita sedang hamil. Pingsan biasanya terjadi di saat wanita sedang hamil muda, sedangkan saat hamil tua pingsan jarang terjadi. Penyebab pingsan saat hamil tersebut beragam, contohnya saja pingsan dikarenakan anemia, kekurangan gizi dan juga tidur dalam posisi telentang dalam waktu yang lama.
12.  Alkohol dan obat terlarang
Alkohol dan obat terlarang seperti narkotika bisa membuat seseorang kehilangan kesadaran dan juga pingsan. Alkohol akan mempengaruhi kesadaran karena langsung diserap ke dalam aliran darah sehingga mempengaruhi sinyal kesadaran.
13.  Elektrolit tak seimbang
Orang yang memiliki kadar elektrolit yang tidak seimbang di dalam tubuhnya bisa menyebabkan seseorang menjadi pingsan. Alasannya adalah perubahan cairan di dalam tubuh secara tidak langsung bisa menyebabkan aliran darah di dalam tubuh dan juga menyebabkan perubahan tekanan darah. Untuk memenuhi kebutuhan elektrolit tubuh maka bisa minum air putih yang cukup dan istirahat jika tubuh sudah terlalu lelah saat melakukan kegiatan atau pekerjaan.
14.  Perubahan posisi tubuh mendadak
Ada pingsan yang disebabkan oleh kondisi yang umum seperti ketika seseorang sehabis duduk kemudian berdiri atau kondisi sehabis jongkok kemudian berdiri. Hal itu bisa menyebabkan pusing bahkan pingsan dikarenakan aliran darah tertahan di kaki atau berkumpul di kaki sehingga otak kekurangan aliran darah. Akibatnya bisa menimbulkan pusing juga menyebabkan pingsan.
15.  Efek samping obat

Obat-obatan tertentu bisa menyebabkan seseorang bisa pingsan secara tiba-tiba. Obat-obatan yang bisa membuat seseorang menjadi pingsan misalnya obat penurun darah, obat maag, obat penambah kalsium dan beberapa jenis obat lain. Pinsan hanya sebagai efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu,

KLASIFIKASI CEDERA OLAHRAGA

Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a.    Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
b.    Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
c.    Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.
d.    Strain dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.
1.    Strain
Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
a)    Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya straing dari otot hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance (daya tahannya).
b)    Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c)    Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
2.    Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :
a)    Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.
b)    Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.
c)    Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
d)    Tingkat 4 (Sprain fraktur)

Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.

FAKTOR PSIKOLOGI PENYEBAB CEDERA

Psikologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa dan semua aspek tingkah laku manusia baik aspek kognitif, afektit, ataupun psikomotor. Psikologi juga mempersoalkan inti dari jiwa manusia dan nilainya bagi manusia itu sendiri serta disekitarnya. . Psikologi juga mempersoalkan inti dari jiwa manusia dan nilainya bagi manusi itu sendiri serta disekitarnya. Olahraga adalah Perilaku gerak manusia yang bersifat universal yang tidak hanya berorientasi pada fisik semata, namun juga aspek psikisnya
Olahraga merupakan Perilaku gerak manusia yang bersifat universal yang tidak hanya berorientasi pada fisik semata, namun juga aspek psikisnya.
Psikologi olahraga adalah sebuah bidang kajian yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam setting olahraga, baik penampilan individual maupun tim, ditandai oleh sejumlah interaksi dengan individu lain dan situasi-situasi eksternal yang menstimulasinya. (Singer, 1980; Sudibyo, 1989) Jadi psikologi olahraga secara umum merupakan : Ilmu yang mempelajari kejiwaan dan tingkah laku para pelaku olahraga baik atlet, official, pelatih, dan juga suporter. Dan memahami aspek-aspek psikologi melalui olahraga.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PSIKOLOGI
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi dalam proses hasil  belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1.      Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a.       Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam :
1.      Keadaan Jasmani
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas  belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan  pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi  proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
2.      Keadaan Fungsi Jasmani/Fisiologis
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik  pula dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik pendidik maupun peserta didik perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara  preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana  belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

b. faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan peserta didik, motivasi , minat, sikap dan bakat
·         Kecerdasan
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ  pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam  proses belajar peserta didik, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
·         Motivasi
Motivasi merupakan tingkat keyakinan seseorang dalam menggapai suatu tujuan. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Ahli psikologi (Slavin, 1994) mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat.
·         Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.  Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas  belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat peserta didik agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
·         Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan  proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif  berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara  positif maupun negative (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam  belajar, pendidik sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. yang dipelajari  bermanfaat bagi diri peserta didik.
·         Bakat
Bakat merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam dirinya yang dapat dikembangkan dengan cara terus mengasah tingkat kecerdasan dan kemampuan tersebut. Menurut Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen.
2.Faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
a. Lingkungan Sosial
1) Lingkungan social pendidikan, seperti guru/dosen, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat mempengaruhi tingkat perilaku kecerdasan dan motivasi.
 2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan  belum dimilikinya.
3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b. lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas  belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,  proses belajar siswa akan terlambat.
2) Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat  belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku  panduan, silabus dan lain sebagainya.


Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas  belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA

Cedera Olah Raga merupakan cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh kegiatan olah raga. Cedera olah raga juga merupakan suatu kejadian yang sangat ditakuti oleh pelatih dan atlet, cedera dapat terjadi akibat trauma akut atau trauma yang terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu lama.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga :

1.      Metode Latihan Yang Tidak Tepat
Hal ini  merupakan penyebab paling sering dari cedera pada otot dan sendi. Penderita tidak memberikan waktu pemulihan yang cukup setelah melakukan olah raga atau tidak berhenti berlatih ketika timbul nyeri.
Beberapa otot mengalami cedera setiap kali mengalami penekanan oleh aktivitas yang intensif, dan otot yang lainnya menggunakan cadangan energinya. Penyembuhan serat-serat otot dan penggantian energi yang telah digunakan  memerlukan waktu pemulihan hingga berhari-hari.
Sebaiknya latihan olah raga dilaksanakan  secara bergantian, misalnya hari ini melakukan latihan berat, hari berikutnya beristirahat atau melakukan latihan ringan.

2.      Kelainan Bentuk Anatomi Tubuh
Kelainan bentuk anatomi tubuh bisa menyebabkan seseorang lebih peka terhadap cedera olah raga karena adanya tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu. Misalnya, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar  sehingga meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dan tungkai (fraktur karena tekanan).

3.      Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen.
Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot, tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap cedera jika otot dan ligamen yang menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur).
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu
1. Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan-gerakan yang abnormal.
2. Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
 (b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
 (c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
Cedera pada bahu merupakan salah satu cedera yang paling sering dialami pada saat berolahraga, selain lutut dan pergelangan kaki. Namun, meskipun cedera pada sendi bahu merupakan hal yang umum, namun sebaiknya Anda tidak meremehkannya. Nyeri yang berkepanjangan malah akan membuat fungsi tubuh Anda terganggu. Untuk itu, ketika Anda mengalami cedera pada sendi bahu Anda, segera atasi secara tepat.
Apa Yang Terjadi Ketika Anda Mengalami Cedera Bahu?
Sendi bahu merupakan bagian yang sangat tidak stabil. Dan di sendi bahu, tendon yang sangat berperan adalah rotator cuff dan biceps. Beberapa cedera sendi bahu yang paling sering terjadi, antara lain subacromial bursitis, supraspinatus tendinitis, long head biceps tendinitis, rotator cuff tendonitis hingga sobekan rotator cuff (rotator cuff tear). Gejala dan tanda klinis yang dialami bervariasi, mulai dari ringan sampai berat. Cedera tersebut dapat mengakibatkan nyeri sendi yang sangat pada saat bergerak maupun istirahat. Di antara beberapa jenis cedera tersebut, kali ini kita akan membahas salah satunya, yaitu shoulder tendonisitis atau rotator cuff tendonitis.
Apa Itu Shoulder Tendonitis atau Rotator Cuff Tendonitis?
Shoulder tendonitis (atau rotator cuff tendonitis) adalah salah satu kondisi paling umum terjadi pada persendian bahu (rotator cuff). Penting untuk diketahui bahwa shoulder tendonitis hanya bagian dari masalah dan mengarah ke shoulder bursitis. Faktor umum penyebab rotator cuff tendonitis adalah olahraga. Tetapi terkadang gangguan ini juga bisa terjadi pada orang-orang di atas usia 40 tahun.
Rotator cuff tendonitis juga dikenal sebagai Swimmer’s shoulder, Pitcher’s shoulder, Shoulder impingement syndrome, Tennis shoulder atau Shoulder Bursitis. Rotator cuff tendonitis adalah suatu peradangan (iritasi dan pembengkakan) pada tendon bahu. Biasanya efek pelemahan pada bahu hanya terasa ringan sampai sedang.
Bagaimana Mengatasinya?   
Secara umum, pemulihan cedera pada sendi bahu memerlukan waktu. Untuk mempercepat waktu pemulihan agar Anda dapat berlatih kembali, gunakan formula RICE (Rest atau istirahat; Ice atau kompres dengan es; Compression atau beri tekanan dengan menggunakan membalutnya dengan perban khusus; dan Elevation atau tinggikan bagian yang mengalami cedera). Penyembuhan jaringan lunak, seperti bahu, seringkali membutuhkan waktu antara 4 hingga 6 minggu.

Sedangkan perawatan untuk cedera rotator cuff dapat meliputi: istirahat, pengobatan anti peradangan, latihan kekuatan, terapi ultrasound, injeksi corticosteroid atau operasi (untuk cedera berat). Ada beberapa jenis latihan tertentu untuk membantu Anda memperkuat otot-otot di bahu Anda (terutama otot-otot rotator cuff, bagian yang membantu dalam gerakan bahu melingkar). Latihan-latihan ini tidak menyebabkan rasa sakit. Jika terasa sakit saat latihan, hentikan, periksakan ke dokter Anda, kemudian mulai kembali berlatih dengan beban yang lebih ringan.

PENGERTIAN CEDERA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT

1.      CEDERA RINGAN

Cedera ringan merupakan cedera yang disebabkan oleh benturan, pantulan bola dan lain sebagainya, yang menyebabkan memar pada salah satu bagian tubuh kita.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 15) mengklasifikasikan cedera ringan atau tingkat I, ditandai dengan adanya robekan yang hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop, dengan keluhan minimal dan hanya sedikit saja atau tidak mengganggu performa olahragawan yang bersangkutan, misalnya lecet, memar, sprain ringan.
Contoh cedera ringan :
1.      Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut:
1.  Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
2.      Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
1.      Lecet
Cedera lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
2.      lepuh
Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.

1.      CEDERA SEDANG
Cedera sedang merupakan
Menurut Hardiato Wibowo (995 : 115) cedera sedang atau tingkat II, ditandai dengan kerusakan  jaringan yang nyata, nyeri, bengkak, berwarna kemerahan dan panas, dengan gangguan fungsi yang nyata dan berpengaruh pada performa atlet yang bersangkutan, misalnya: melebarnya otot dan robeknya ligamen.

Cedera berat atau tingkat III, pada cedera ini terjadi kerobekan lengkap atau hampir lengkap pada otot, ligamentum dan fraktur pada tulang, yang memerlukan istirahat total, pengobatannya intensif, bahkan mungkin operasi.

CEDERA LAINNYA

1.      DEHIDRASI
Dehidrasi merupakan kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan sehingga tubuh tidak punya cukup cairan untuk menjalankan fungsi normalnya.
Menurut Lynda Jual Carpenito, 2000. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalami mengalami dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler. Sedangkan menurut Sri Ayu Ambarwati, 2003. Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk.

2.      IPOTERMIA
Hipotermia merupakan suatu kondisi darurat medis di mana tubuh tidak sanggup mengembalikan suhu panas tubuh karena suhunya terlalu cepat turun. Kondisi ini membuat suhu tubuh  mencapai suhu yang sangat rendah—di bawah 35°C.
            Menurut Wikipedia: Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hngipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

3.      KEJANG-KEJANG
Kejang merupakan peristiwa medis atau episode di mana tubuh gemetar tak terkendali atau getar tak terkendali, biasanya karena masalah atau kejang dalam sistem saraf. Kejang dapat berkisar dari kecil - getaran tangan singkat, misalnya - dengan sangat serius, sering melibatkan ketidaksadaran berkepanjangan dan kelumpuhan sementara. Semua berasal dari otak, tetapi bisa disebabkan oleh berbagai hal yang berbeda. Sebuah kondisi medis yang dikenal sebagai epilepsi sering salah satu akar penyebab yang paling umum.
Menurut Betz dan Sowden,2002 Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.

4.      SYOK
Syok merupakan kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.
Menurut Bruner & Suddarth,2002.Shock adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.

5.      PINGSAN

Pingsan merupakan hilangnya kesadaran sementara yang terjadi secara tiba-tiba dan sering menyebabkan orang yang mengalaminya terjatuh. Kondisi yang memiliki istilah medis ‘sinkop’ ini termasuk kondisi yang umum terjadi.
Menurut Perwira Ahli Dept. Kardiologi RSPAD Gatot Subroto, dr H.M Hari Utomo DSPJ, pingsan (sinkop) merupakan suatu gejala bahwa ada yang tidak beres di dalam tubuh. seringkali hal ini terjadi meskipun persiapan sudah cukup baik. misalnya, tidur yang cukup di malam sebelumnya atau sarapan pagi lebih dahulu.

6.      KOMA
Koma merupakan situasi darurat medis ketika penderitanya mengalami keadaan tidak sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi.

7.      MATI SURI
Mati suri merupakan keadaan saat usaha-usaha untuk menghidupkan kembali dilakukan sebelum seseorang menjadi hidup kembali. Pernapasan, detak jantung, dan fungsi spontan lainnya mungkin masih terjadi, tapi mereka hanya dapat dideteksi oleh sarana artifisial.

Menurut kepala departemen bedah syaraf rumah sakit mayapada tangerang, Dr Roslan Yusni Hasan, SpBs menjelaskan mati suri dalam dunia kedokteran adalah untuk kondisi seperti mati yang belum benar- benar mati. Aktivitas sel- sel tubuh dan organ- organ lainnya masih ada tetapi sangat minimal. Jadi kondisi naik sedikit atau membaik lagi, maka seseorang itu akan hidup lagi. Itu sebenarnya seperti tidur yang sangat dalam sampai hampir detak jantungnyapun tidak terdeteksi.

FAKTOR KEBUGARAN JASMANI YANG MENYEBABKAN CEDERA

Kebugaran jasmani merupakan kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap aktivitas tanpa merasa lelah.
Menurut Agus Mukhlolid, M.Pd (2004 : 3) kebugaran jasmani adalah kemampuan dan kesanggupan untuk melakukan aktivitas atau kerja, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kesanggupan tubuh seseorang dalam melakukan aktivitas baik ringan maupun berat tanpa adanya rasa lelah.
10 komponen kebugaran jasmani
1.      Daya tahan (Endurance)
Daya tahan merupakan kemampuan fisik seseorang dalam bertahan disaat melakukan aktivitas yang melibatkan jantung paru dan organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. Menurut Suharno (1985: 23) daya tahan adalah kemampuan organisme seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktivitas dalam waktu yang lama. Jika seseorang mampu menggerakkan sekelompok otot tertentu secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan jantung, peredaran darah dan pernafasan yang baik. Makin tinggi tingkat daya tahan seseorang makin tinggi pula kesegaran jasmaninya. Pada  olahraga sepakbola daya tahan ini diperlukan untuk mempertahankan kondisi tubuh secara fisik agar mampu melaksanakan permainan dalam waktu yang lama dan Sumintarsih: 2007: 28). Kebugaran jasmani juga berarti kapasitas seseorang untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan melelahkan dan segera dapat pulih dari kelelahan tersebut.
Penyebab terjadiya cedera pada daya tahan contohnya pada atlit angkat bebab apabila pada saat mengangkat barbell daya tahan ototnya tidak kuat otomatis dia akan mengalami cedera karena barbelnya angkah mengenai tubuh.

2.      Kekuatan (Streght)
Kekuatan merupakan kemampuan tubuh seseorang mengerahkan tenaganya uuntuuk menahan suatu beban.
Menurut Friedhrich (1969) mengemukakan bahwa kekuatan dalah kemampuan dari
suatu otot untuk bekerja menahan beban secara maksimal.
Penyebab terjadinya cedera pada kekuatan yaitu cedera otot dann lengan disaat melakukan push-up karena otot tangan tidak kuat menahan beban badan dan kaki.

3.      Kecepatan (speed)
Kecepatan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan – gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu yang sesingkat – singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.
Menurut (Mochamad Sajoto 1988: 21) kecepatan adalah komponen fisik yang mendasar, sehingga kecepatan merupakan faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti nomer-nomer lari jarak pendek, renang, olahraga beladiri dan olah raga permainan.
Penyebab cedera pada kecepatan adalah tidak bisa mengontrol percepatan kaki disaat menggiring bola yang bisa menyebabkan tabrakan dengan kawannya sendiri.

4.      Kelentukan (fleksibility)
Kelentukan merupakan kemampuan tubuh seseorang dalam melakukan gerakan sendi yang ditentukan oleh elastisnya otot, tendon, dan ligament.
            Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58), kelentukan atau flekxibility adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktiviitas tubuh dalam penguluran seluas-luasya, terutama otot, ligamen-ligamen disekitar persendian.
Terjadinya cedera pada kelentukan yaitu disaat melakukan roll tanpa tangan diatas box apabila tidak dilenturkan aka terjadi cedera bahu, leher, dan kepala itu diakibatkan kerena peregangan yang tidak efektif.

5.      Daya ledak (power)
Daya ledak merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya.
Menurut Harsono (1988: 24) power adalah produk dari kekuatan dan kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005: 117) power adalah hasil kali antara kekuatan dan kecepatan. Artinya bahwa latihan kekuatan dan kecepatan sudah dilatihkan terlebih dahulu, walaupun dalam setiap latihan kekuatan dan kecepatan sudah ada unsur latihan power.
Terjadinya cedera pada daya ledak adalah paada saat melakukan gerakan lontar martil yang dimana mengeluarkan tenaga nnya untuk melakukan putaran tersebut seperti disaat memutar dann apabila kekuatan tanngann nya kurang otomatis genggaman nya terlepas dan terjadi cedera baik dirinnya maupun penonton

6.      Kelincahan (Agility)
Kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
            Kelincahan berasal dari kata lincah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993 : 525) lincah berarti selalubergerak, tidak dapat diam, tidak tenang, tidak tetap. Sedangkan menurut Harsono (1993 : 14) orang yang lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Dan menurut Suharno HP(1983 : 28) mendefinisikan kelincahan adalah kemampuan dari seseorang untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Cedera pada kelincahan adalah dalam bermainn sepak bola kelincahan kaki dalam memainkan teknik yang dimana apabila tidak sesuai akan terjadi cedera seperti pada saat menggelinding bola.

7.      Ketepatan (accuracy)
Ketepatan atau biasa disebut dengan accuracy  merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengubah gerakan secepat-cepatnya sesuai dengan target atau mengarahkan gerakan ke suatu sasaran sesuai dengan tujuannya.
Ketepatan menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuan. Cara mengembangkan ketepatan ialah dengan mengulang-ulang gerakan dengan frekuensi yang banyak, mempercepat gerakan, dan menjauhkan atau mempersempit gerakan.
Ketepatan diperlukan pada semua cabang olahraga, yang fokusnya lebih kepada cabang petanque, panahan, menembak dll. Saat melakukan ketepatan atlet harus berfokus dan berkonsentrasi pada suatu titik sasaran, apabila pada saat pertandingan kondisi atlet sedang kurang sehat maka saat dia berfokus dan berkonsentrasi pada titik sasaran yang dituju, atlet akan mengalami kelelahan otak yang menyebabkan dia akan pingsan karena melemahnya sel-sel saraf dan daya tahan tubuh.

8.      Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan dan mengendalikan organ- organ syaraf sehingga dapat mempertahankan gerakan tersebut dengan baik.
Menurut Barrow ddan Mcgee; 1979 yang menjelaskan bahwa Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan system neuromuscular kita dalam kondisi statis atau mengontrol system neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efesien selagi kita bergerak.
Terjadi cedara pada keseimbangan adalah gerakan copstand dalam senam lantai apabila tidak ada keseimbangan otomatis akan terjadi cedera pada kepala, tangan dan leher karena terjatuh

9.      Koordinasi (Coordination)
Koordinasi merupakan perpaduuan yang dilakukan dalam gerakan tanpa adanya ketegangan dengan urutan yang benar sehingga menghasilkan sebah gerakan yang bagus. Menurut Broer dan Zarnike ; 1979 Koordinasi adalah kemampuan untuk meng-kombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan, dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kopleks secara mulus tanpa pengeluaran energy yang berlebihan. Dengan demikan hasilnya adalah gerakan yang efisien, halus, mulus (smooth), dan terkordinasi dengan baik.
Terjadi cedera koordinasi karena pada saat melakukan copstand dalam waktu yang sama pun harus melakukan kayang apabila saat medarat tidak adanya keseimbangan dalam mengkoordinasi akan terjadi cedera pada kepala pinggan bahu daan kaki.

10.  Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi merupakan gerakan yang dilakukan tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respons atau peristiwa dalam satuan waktu.
Kecepatan reaksi dikemukakan oleh Claude Bouchard yang dalam terjemahan oleh Moeh. Soebroto bahwa : kecepatan reaksi adalah kualitas yang memungkinkan memulai suatu jawaban kinetis secepat mungkin setelah menerima suatu rangsang7. Kecepatan reaksi merupakan kualitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan keanekaragaman manifestasi tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 tingkatan :
Pada tingkat rangsang, dalam suatu persepsi tanda bersifat penglihatan, pendengaran dan perubahan.
Pada tingkat pengambilan keputusan, kerap kali perlu dipilih perpektif dalam kepenuhan aneka ragam tanda agar hanya mereaksi pada rangsang yang tepat.
Pada tingkat pengorganisasian reaksi kinetis, diskriminasi atau pilihan perpektif biasanya disertai perlunya penetapan pilihan diantara berbagai respons kinetis yang dibuat setelah itu.

Penyebab cedera dalam kecepatan reaksi dimana pada saat seseorang melakukan smash apabila kita tidak ada kecepata reaksi otomatis akan terjadi cedera pada muka kerena terkena bola.